Hari ini saya bertemu dengan teman saya di toilet, dia menceritakan tentang keberhasilan seseorang yang masih muda, dan umurnya tidak jauh dari aku. Orang ini sukses meraih sertifikasi jaringan computer sampai keluar negeri, mendengar kesuksesan orang itu aku menjadi terpikir bahwa aku ini adalah orang gagal jika dibandingkan dengan dirinya. Sejenak aku mengingat semua pekerjaanku setelah aku menamatkan kuliah ku dari sebuah politeknik, tak terasa aku sudah berumur hampir 24 tahun dan sudah hampir tiga tahun aku menjalani hari-hariku sebagai karyawan di perusahaan swasta.
Selama ini aku melihat perjalannanku dengan membandingkannya terhadap dua hal yaitu : kesuksesan dan kegagalan orang lain. Satu hal yang sering menyesatkan hidup ini adalah apabila kita membuat orang itu menjadi sumber iri hati dan rasa sombong. Dalam hidup ini kita harus membuat visi dan misi serta strategi yang jelas, semua itu kita peroleh akibat pengaruh lingkungan kepada kita. Hidup tanpa visi dan misi serta strategi yang jelas hanya akan menimbulkan “penyesalan hidup”, penyesalan hidup ini timbul karena dalam menjalani hidup ini karena nafas dan jiwa tidak sejalan. Saya mengatakan nafas dan jiwa tidak sejalan karena dalam melangkah untuk menjalani hari-hari akan ditentukan oleh rasa yang bergejolak dalam hidup, rasa yang timbul itu adalah rasa tidak senang akan orang lain.
Hampir 24 tahun hidup di dunia ini, tapi visi dan misi yang dibuat tanpa strategi yang jelas. Hal inilah yang sering membuat aku dipengaruhi oleh lingkungan, dimana aku ingin menyaingi yang tua, dan disisi yang lain aku sudah dilewati yang muda. Terkadang saya menyibukkan diri dengan belajar yang lebih tinggi atau teknologi yang baru, tapi ditengah jalan saya kembali mengalami kegagalan dan menyesali waktu yang sudah saya buang tanpa satu perbuatan dan tujuan yang jelas. Dalam hidup ini saya tidak menghargai waktu, dimana saya tidak punya rencana setiap akan melangkah, kebanyakan hari-hariku ditentukan oleh lingkungan “apa yang kurasakan itu yang kulakukan”.
Aku memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dosen, sampai sekarang aku masih belum tahu dengan pasti kenapa aku menjadi dosen, hal yang tidak pasti inilah yang disebut dengan “penyesalan”. Saya teringat dengan drama yang pernah saya mainkan dengan teman-teman saya, judul yang kami ambil adalah “Aku adalah nahkoda hidupku”, seperti yang kita ketahui bahwa nahkoda itu adalah yang menentukan kemana kapal berlayar. Sama dengan kehidupan, tubuh ini adalah ibarat kapal, jiwa adalah nahkoda, dan lingkungan adalah laut luas. Coba kita bayangkan jika nahkoda tidak punya rencana akan kapalnya, maka terdapat tiga hal yang terjadi, yaitu :
1.kapal tetap berada di dermaga
Hal ini disebabkan oleh rasa takut dan malas. Dalam hidup ini sering sekali kita berada dalam hal ini, sehingga kita tidak punya cita-cita.
2. kapal terombang-ambing dilautan
Punya keberanian untuk mencoba, tetapi visi, misi, dan strategi tidak jelas sehingga anginlah yang membawa kapal kemana bergerak. Hal ini sangat sering terjadi dalam hidup ini dimana kita bekerja atas pengaruh lingkungan, dan bukan karena visi yang dibuat.
3.kapal sampai ke tujuan
Orang yang punya visi, misi, dan strategi yang jelas sehingga apapun rintangannya akan dihadapi sebagai sebuah “pembelajaran hidup”. Kesalahan kita yang sering kita lakukan adalah marah atas sebuah kesalahan, seharusnya kita harus belajar dari “kesalahan kita dan kesalahan orang lain”.
Jadi apabila ada diantara kita yang sering menyesali hidupnya, mulailah berubah dengan cara membuat visi, misi, dan startegi yang jelas. Lawan yang paling berat dalam menjalani hidup ini adalah diri kita sendiri, begitu jiwa yang memberontak ini bisa ditenangkan maka hidup ini akan bahagia dan terhindar dari rasa kawatir dan takut.