Hari-hariku yang sia-sia

Aku merasa hari-hariku menjadi sia-sia, tidak satupun perbuatan yang menyenangkan batinku, kebanyakan perbuatanku kulakukan untuk memuaskan perasaanku. Rohku merasa tidak tenang, pekerjaan ku banyak yang tidak siap, saya tidak tahu kenapa saya harus berangkat kerja, berangkat kuliah, ikut ujian, punya perasaan biar cepat siap kuliah. Saya sangat sering membaca blog dan kisah orang sukses, saya sangat senang membaca kisah mereka, tapi esok hari saya lupa akan semua itu, hari-hariku bertambah seiring dengan bertambah usia ku, tapi yang menyiksa hatiku adalah perbuatanku tidak mencerminkan cita-cita muliaku. Bukan berarti yang kulakukan adalah salah semuanya, tetapi yang salah adalah tidak seimbangnya pemikiranku dengan imanku, saya orangnya egois dimana mau ini dan mau itu tanpa bersabar dalam hal kecil, semua ini adalah masalah egoisme yang lebih besar dari kesabaranku.

Untuk mencapai tujuan hidup ini saya harus bersabar dalam hal yang kecil, yang bisa dicangkok adalah tanaman, kalau hidup ini tidak akan bisa dicangkok, semua butuh proses untuk masuk ke proses berikutnya. Saya orangnya memiliki sifat minder yang tinggi, mungkin ini karena pengaruh masa kecil tinggal di kampung, dimana komunitas masyarakat kecil yang jarang mengadakan kegiatan-kegiatan bersama. Usia ku sekarang sudah mendekati 24 tahun, tapi harapan-harapan ku seolah-olah masih harapan-harapan yang tidak tulus, kebanyakan dipengaruhi oleh materi dan harga diri. Harga diri dan materi inilah yang kurasakan sangat berpengaruh dalam menghancurkan harapan-harapanku.

Sebagai orang yang lebih dewasa seharusnya aku menuntun adek-adek ku untuk mencapai cita-citanya, bukan berdiam diri seperti selama ini. Hidup ini seharusnya kuisi dengan hal-hal indah, mulai saat ini saya tidak mau dipengaruhi oleh materi dan harga diri. Saya bertindak untuk melayani, iya saya punya prinsip mulai hari ini ”melayani” dalam arti saya adalah pelayan. Tidak ada hal yang lebih indah dari pelayan, dia yang membuat orang yang dilayaninya bahagia dan senang, saya masih ingat dengan Bunda Theresia yang melayani gelandangan di India dengan ikhlas dan tulus serta kemauan yang kuat, perbuatannya terus kita kenang dalam hati, karena semua itu karena kesabaran. Dalam hidup ini sering sekali saya tidak sabar, dimana maunya instan, segala yang instan tidak akan bertahan lama, karena semua butuh proses.

Hari ini saya mencari beasiswa di India, tapi yang menjadi masalah besok saya mencari lagi di negara lain, saya jadinya tidak konsisten dan langkah yang saya buat pun jadi sia-sia karena tidak berkelanjutan. Dalam alkitab dikatakan, siapa yang setia dalam perkara kecil maka kepadanya akan dilimpahkan perkara besar. Tuhan itu maha adil, dimana dia mengabulkan harapan-harapan dan keinginan dari orang-orang yang setia dalam perkara kecil, seperti dosen-dosen saya yang sekarang sudah kebanyakan melanjutkan kuliah di negara eropa dan jepang, sungguh luar biasa. Semua itu mereka raih bukan begitu saja, tetapi melewati tahapan-tahapan yang sulit seperti terlebih dahulu menjadi dosen di desa.

Supaya hidup ini berarti maka saya harus menghitung perbuatan baik yang saya lakukan hari ini dan menghitung perbuatan jahat yang saya lakukan. Dengan membandingkan kedua hal ini maka saya akan semakin sadar akan kesalahan saya, dan dari sana saya akan melakukan evaluasi lagi, begitu juga dengan perbuatan baik saya maka apabila saya mengingatnya maka saya akan semakin menghargai diri saya. Hal-hal menghargai diri akan mulai saya lakukan dengan menghargai apa yang telah perbuat, menghilangkan perasaan iri, bangun jam lima untuk memberikan tubuh kesegaran. Semoga semuanya berhasil dan sekarang saya sudah menjadi pelayan dalam keluarga dan masyarakak serta bagi Tuhan.

This entry was posted in Inpirasi Hidup. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *